Rabu, 03 September 2008

The Unique Personality


     Kali ini aku mau berbagi cerita tentang seseorang yang kalo menurut aku, beliau memiliki kepribadian yang sangat amat unik. Belum pernah kutemui orang seperti ini sebelumnya di kotaku. Sebut saja beliau Nenek Kamti. Begitu biasa orang-orang disana memanggilnya. Dalam usianya yang sudah terbilang senja, beliau masih sangat energik. Sangat berbeda dengan orang-orang lansia pada umumnya. Padahal usianya sudah 70 tahun lebih lho. Makanya aku sangat tertarik untuk menulis tentangnya di blogku ini. Karena jujur aku sangat tertarik dengan kepribadiannya.
     Beliau tinggal di salah satu kota di banjarmasin, tepatnya di Loktabat. Rumahnya dekat dengan sebuah masjid yang menjadi tempat kesehariannya untuk menjalani kehidupan agamanya. Sebagai tempatnya menghadiri pengajian, sholat, hingga mengais sedikit rezeki. Hmm... Kedengarannya sangat menarik bukan?
     Aku selalu berusaha meluangkan waktu untuk bercengkerama dengannya. Biasanya setiap pagi beliau selalu mampir ke rumah ibuku untuk menawarkan bantuan atau sekedar untuk menjenguk. Dengan menuntun kemudian mengayuh sepeda tuanya, beliau berangkat dari rumahnya kemana pun beliau ingin. Biasanya beliau paling sering pergi ke pasar. Malah hampir tiap pagi. Makanya beliau mampir ke rumah ibu untuk menawarkan jasa siapa tau aja ibu ada barang yang mau dititipkan untuk dibelikan di pasar tanpa pernah mau diberi imbalan. Betapa mulia bukan sifat nenek tua ini? Aku pun sampai heran dan terkagum-kagum ketika pertama kali melihat secara langsung kejadian ini. Aku berpikir, ternyata di saat-saat sekarang ini masih ada orang berbudi luhur seperti beliau. Sejak saat itulah aku sangat mengagumi sosoknya. Aku selalu mencari informasi tentang kesehariannya.
     Rasa tolong-menolong sangat besar tertanam di dalam dirinya. Juga sikap jujur yang sangat melekat dalam kepribadiannya. Semua itu membuatku selalu merenungkan setiap apa yang dilakukannya. Keunikan lainnya adalah, beliau tidak bisa memakan makanan yang "aneh-aneh". maksudnya disini adalah, beliau hanya memakan makanan-makanan tradisional, terutama makanan hasil olahannya sendiri. Beliau sangat tidak mengenal jenis makanan-makanan kemasan ataupun produksi pabrik yang memiliki bahan pengawet dengan aneka cita rasa. Intinya, beliau hanya memakan barang-barang yang bersifat alami, tanpa campuran bahan kimiawi atau sejenisnya. Makanya sampe ibuku bilang, orang tua satu ini memang sangat unik. Bahkan bisa dikatakan beliau hampir tidak pernah sakit. Selalu terlihat sehat dan energik dalam semua aktifitasnya.
     Ketika pertama kali aku melihatnya menuntun sepeda tuanya ketika akan pergi ke pasar, ada perasaan sangat bangga di dalam hatiku. Bangga karena sampai saat ini ternyata masih ada orang tua yang sangat bersemangat seperti beliau. Aku sampai tersenyum sendiri. Dalam hati aku berkata, "Wah, aku kalah ni dengan beliau yang bisa naik sepeda. Hehehe...". Karena jujur aku emang ga bisa naik sepeda, tapi langsung belajar naik sepeda motor. Emang banyak orang bilang itu ga masuk akal, tapi emang gitu kenyataannya. Sampe sekarang pun aku belum bisa naik sepeda. Hehehe... Memalukan banget ya.
     Dari jauh sudah kulihat beliau menuntun sepedanya dengan sangat hati-hati. Kulihat juga sebuah tas kecil yang dicantelkan di atas sepedanya itu. Sepeda itu sebenarnya tergolong agak tinggi dari badannya, hingga terlihat jelas kalau sebenarnya dia agak kesulitan untuk menuntunnya. Tapi, beliau tak pernah merasa lelah. Tetap dan selalu bersemangat untuk memulai hari. Pertama-tama aku bingung, kenapa tidak beliau naiki saja sepeda itu? Kenapa harus dengan menuntunnya? Dan belakangan aku tau alasannya, ternyata beliau menuntun sepeda itu ketika menganggap jalanan masih sangat ramai, jadi belum aman untuk mengayuhnya. Aku pun jadi semakin terkesima dengan alasannya. Memang pemikirannya sangat beralasan dan bertanggung jawab. Pemikiran yang sangat matang. Berbeda dengan kebanyakan orang muda, yang suka mengambil jalan pintas untuk melakukan berbagai hal dan perbuatan. Hmm... Aku pun kembali tersenyum sendiri melihat gelagat orang tua ini.
     Di suatu pagi, aku punya kesempatan untuk berbicara berdua dengannya. Entah kenapa pagi-pagi itu beliau datang lebih awal ke rumah ibu. Beliau membawa beberapa jajan dan makanan hasil buatannya sendiri untuk ibu. Memang begitulah beliau. Sangat suka untuk berbagi. Aku ajak beliau untuk sarapan bareng aku dan ibu. Tapi beliau menolak. Beliau lebih memilih untuk memakan jajan yang sudah sempat dibuat oleh ibu sebelumnya untuk sarapan. Beliau bilang kalau beliau tidak biasa sarapan terlalu pagi. Kecuali agak siangan sedikit, begitu katanya.
     Dari percakapan singkatku pagi itu dengannya, aku mendapatkan banyak informasi tentangnya. Terutama tentang kehidupan sehari-harinya. Karena aku memang sengaja untuk menanyakan langsung kepadanya. Ternyata beliau adalah salah satu orang tua yang tidak betah berdiam diri tanpa kegiatan. Beliau sangat aktif. Beliau pun menceritakan kegiatan sehari-harinya kepadaku. Dari bangun setelah sholat subuh, biasanya dia mempersiapkan diri untuk bersih-bersih rumah, kemudian pergi ke pasar mencari bahan-bahan dasar untuk membuat jajanan yang kemudian dijualnya ke tetangga sekitar atau bahkan yang sering dijualnya di masjid ketika beliau melakukan pengajian. Semua yang dijualnya hanyalah jajanan-jajanan kecil tradisional. Misalnya kacang asin, rempeyek, kerupuk, tapai ketan, keripik pisang, dan jajanan kecil lainnya. Kalau dilihat dari segi keuntungan, memang bukan profit yang diharapkannya. Tapi lebih sebagai pengisi kegiatan kesehariannya. Bagaimana tidak? Keuntungan dari berjualan makanan kecil itu hanyalah sedikit. Belum lagi beliau sering menyedekahkan sebagian dagangannya kepada santri-santri pesantren dekat masjid tempatnya tinggal. Memang sangat luhur budinya. Dan uniknya lagi, beliau selalu meninggalkan dagangannya di pintu masuk masjid. Tanpa pernah bertransaksi langsung dengan pembelinya. Beliau mempercayakan semuanya pada pembeli untuk mengambil jajan yang ingin dibeli dan kemudian menaruh uangnya di samping dagangannya sementara beliau mengikuti pengajian. Aneh bukan? Jaman sekarang mana ada penjual yang seperti itu. Tapi beliau mempercayakan dan mengikhlaskan semuanya kepada Allah. Dan salutnya lagi, tidak ada satupun dari pembeli yang curang. Memang sangat menakjubkan cara orang tua ini mengais rezeki di jalan Allah.
     Dan mungkin inilah sekelumit kisah tentang seseorang yang memiliki kepribadian yang patut kita contoh. Kepribadian yang sangat kuat dan tegar. Kehidupan yang berimbang antara dunia dan akhirat. Banyak pelajaran yang aku dapatkan darinya. Banyak pengalaman hidupnya yang membuatku terpana. Mudah-mudahan masa tuaku kelak jadi sepertinya yang selalu bersemangat dalam menjalani kehidupan yang notabene sangat berat ini. Amiin...

2 komentar:

TELUK SAMPUDAU mengatakan...

Tulisanmu sangat mengena dihati. Pemilihan kata-katanya juga sangat bagus. Aku salut. Aku akan banyak belajar dari tulisan tulisanmu.

yuliani indri lestari mengatakan...

buat teluk sampudau :
makasih ya comentnya, kita sama2 belajar aja ya.. ^_^

Posting Komentar

Sabar dalam bertindak, santun dalam berucap...