Rabu, 24 Juni 2009

Beradab? Atau Berilmu?

Satu kenyataan yang kadang terlupakan oleh insan. Ternyata beradab itu adalah lebih tinggi daripada berilmu. Kebanyakan manusia berusaha mencari dan terus mencari ilmu setinggi-tingginya, namun malangnya banyak diantara mereka yang lupa akan pembelajaran adab.

Dengan ilmu yang tinggi, belum tentu seorang manusia bisa dikatakan sebagai insan yang mulia. Tapi bila seseorang sudah beradab, maka insya Allah orang tersebut akan menjadi insan yang mulia dan luhur dimata sesama manusia bahkan dimata Allah. Insya Allah. Dan akan menjadi sangat lebih baik lagi bila dapat memiliki keduanya sekaligus -beradab dan berilmu-. Dengan begitu pemahamannya akan ilmu menjadi semakin terarah dan insya Allah akan terhindar dari per-budak-an ilmu, dimana seseorang yang memiliki ilmu tinggi tapi ia malah dikuasai atau bahkan dikendalikan oleh ilmu tersebut.

Mengapa banyak terjadi disekitar kita, orang yang berilmu tinggi namun terkadang praktek dalam keseharian hidupnya tidak mencerminkan bahwa ia berilmu tinggi? Misalnya dengan memandang rendah orang lain, menyepelekan kehadiran orang lain, bahkan menganggap dirinya lah yang paling pintar dan berilmu, dan sedikit ke-congkak-an yang tersamar yaitu dengan berat hati bila ada seseorang yang datang padanya untuk menimba sedikit ilmu. Semua ini tidak mustahil terjadi karena kurangnya adab tadi. Karena manusia yang beradab senantiasa menjaga segala sikap dan tindak tanduknya agar jangan sampai sedikitpun meninggalkan kesan merugikan atau bahkan sampai menyakiti orang lain. Betapa luhurnya bukan sifat beradab ini?

Ini juga mungkin akan menjadi salah satu faktor yang harus menjadi pertimbangan kita dalam memilih ilmu untuk dipelajari. Seperti kata pepatah, salah perencanaan maka akan gagal lah semuanya. Lalu bagaimana? Ilmu duniakah atau ilmu akhiratkah? Jawabannya adalah, seimbangkanlah antara keduanya. Bukankah tujuan kita hidup ini adalah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat?

Ilmu adab ini mungkin juga pernah kita pelajari di sekolah ataupun tempat menuntut ilmu lainnya, namun porsinya tidak akan lebih banyak dari mata pelajaran matematika, bahasa indonesia, ilmu pengetahuan alam, dsb. Lalu dimana kita akan mendapatkannya dalam porsi yang lebih? Pertama mungkin dari orang tua, bila yang ini tidak memungkinkan, maka cobalah belajar dan teladani cara hidup orang-orang bijak. Dan yang terutama adalah Rasulallah. Dan bisa juga kita dapatkan dari sekitar kita. Para orang tua yang bijak dan banyak lagi. Seperti sebuah kalimat yang pernah saya baca, belajarlah dari pengalaman orang lain karena kita tidak akan memiliki waktu yang cukup untuk mengalami semuanya sendiri.

Semoga saja kita terlebih dahulu menjadi orang yang beradab baru setelah itu kita menuntut ilmu yg setinggi-tingginya. Jadi kita tak khawatir lagi diri kita akan dijajah oleh ilmu yang kelak kita miliki. Semoga kita memiliki keduanya. Adab dan ilmu. Amin :)

* merupakan satu pelajaran baru yang saya dapat beberapa hari ini. Semoga Allah membukakan pintu hatinya agar menjadi manusia berilmu yang lebih beradab dan bisa kembali menghargai orang lain. Amin.

20 komentar:

wkwkwkwkwkwk mengatakan...

hargai orang lain jika kita pun ingin di hargai...

selalu tunjukan etika jika kita ingin di anggap beragama...


Bravo Blogger Indonesia

Ayu mengatakan...

setuju sekali, tapi katanya nich ilmu juga bisa menentukan peradaban seseorang loh...semakin tinggi ilmu seseorang semakin beradab orang tsb. itu katanya loh....great article..keep writing...

Ferfau mengatakan...

iya, aku setuju.... hidup di dunia ini harus balance. Dunia iya, akhirat jg donk.. ya kan?! klw ga seimbang, pst pincang deh... ibarat boneka berdiri satu kaki...

Bippi mengatakan...

di ibaratkan padi yang sedang menguning
semakin berisi maka semakin menunduk

yuliani indri lestari mengatakan...

@gusti&hana :
stuju... thx sob :)

@ayu :
belum tentu neng ayu... kdang mlah ilmu tinggilah yg mnutup mata hati seseorang dri sebuah adab.. tp mdh2an sj tidak. tq sobat :)

@ferdivolutions :
betul bgt sob.. dimna2 yg namanya balance itulah yg paling indah :)

@bippi :
semestinya memang bgitu sob.. tapi kadang tidak sesuai dengan filsafat :D

mr.snugglemars mengatakan...

beradab dan beriman,
harus seimbang

paling gak,
jadi orang yg jujur walau gak pintar2 amat,
itu lebih baik daripada pintar tapi gak jujur.
menurut saya sih,

nur kholiq mengatakan...

kalo q see pengen 2-2 ne...hehehe

patahati mengatakan...

bagi saya beradab adalah berilmu, berilmu belum tentu beradab, kalau dijabarkan jadi ikut postingan dehh...hee..

Unknown mengatakan...

kasih komentar ah walau agak terlambat,.. memang keduanya penting,.. dan saling melengkapi ilmu tanpa adab orang akan sobong takabur, seperti fir'aun, namun seseorang beradab jika tidak berilmu,...maka akan tidak banyak manfaatnya bagi sesama,..

so mari kita cari keduanya,,, secara balance..

yuliani indri lestari mengatakan...

@denny :
tul bgt sob..:)

@nur kholiq :
itu mah smuanya jg pngen, ckckck

@patahati :
hahaha... kirain mo ngasihtau sy suatu pndpat yg berbeda, but thx for ur koment :)

@pawewet :
wah, sodara blogger dri satu pulau nih, hehe... intinya emg hrs bisa nge-balance-kan apapun itu, tp ya itulah nan sukar kali nak buatnya =melayu mode:on :D=

Roizzz mengatakan...

Amin, semoga saja saya bisa menjadi manusia berilmu yang lebih beradab dan bisa kembali menghargai orang lain. coz gak tau apakah saya itu dah berilmu pa belum trus pa saya sudah beradab??? hhhahahaaa kayaknya belum deh..

J O N K mengatakan...

ilmu informal sama formal yah, aihhh keren nih ... trims nih sharenya ...

Gimana menu followernya :D, semoga saya tidak memberikan pendapat yang salah hehehehehe ...

buku kita mengatakan...

Ilmu seperti pisau bermata dua, bisa di gunakan untuk kebaikan atau bisa juga di gunakan untuk kejahatan, tergantung dari sisi manakah yang akan di gunakan.

Diperlukan manusia yang ber-adab Untuk membuat ilmu menjadi baik. Maka dari itu diperlukan pemahaman tentang budi pekerti, etika dan moral. Di Agama juga di ajarkan itu.

Tapi nyata-nya bayak orang ber-Agama tapi tidak ber-Tuhan atau tidak ber-hati. Itulah di sebut mengapa Tuhan ada di hati, yaitu dengarkanlah apa kata hati nurani.

bayi ngeBlog mengatakan...

hehehe... kadang seorang yang memiliki pengetahuan tinggi justru keliatan paling bego...., ya itu tadi, adabnya kurang ;)

khamamah mengatakan...

setuju ya..kita harus punya keinginan berwirausaha

yuliani indri lestari mengatakan...

@Qumfullboy :
blajar dan truslah bljar :)

@Jonk :
followernya masih error tuh, gmna ya :(

@buku kita :
pelajaran yang sangat berharga, trmksh sob :)

@bayi ngeblog :
jangan sampai itu terjadi pada diri kita. amin :D

@khamamah :
ga mudeng euy... :P

Boku no Blog mengatakan...

Artikel yang bagus nich,pantes aja yang koment banyak,..he..he,..
thanks and mampir jugaya ke Blogku..

rachmat mengatakan...

22nya penting sob, jangan dipisahkan antara ke 2nya.

yuliani indri lestari mengatakan...

@lulussutopo :
biasa aja sob :D

@rachmat :
insya Allah

Unknown mengatakan...

Thanks Bermanfaat Artikelnya, Insya Allah Sukses Selalu. Silahkan Klik Tautan Dibawah Ini :
Toko Online HerbalKing Obat HerbalGudang Obat HerbalJual Obat HerbalJual HerbalJual Produk HerbalJual Herbal MurahHerbal BandungProduk HerbalHerbal HabbatsAozora Shop Onlinetoko onlineJual Baju AnakJual Baju BayiJual Baju DewasaJual Sepatu BayiJual Sepatu anak AnakJual Sepatu DewasaJual Perlengkapan BayiJual Perlengkapan Anak AnakJual Perlengkapan DewasaTupperwareTupperware MurahTupperware UpdateTupperware Bandung juaraJual TupperwareKatalog TupperwareJual Online TupperwareTupperware ResepTupperware katalog baruRaja Tupperware BandungCollection TupperwareMadu Anak SuperMadu Anak CerdasJual Madu Anak SuperPusat Jual Madu Anak SuperJual Madu SuperMadu Anak SuperJual Madu AnakToko Madu AnakAgen Madu Anak SuperDistributor Madu Anak Super

Posting Komentar

Sabar dalam bertindak, santun dalam berucap...