Senin, 29 Juni 2009

Rehat Sejenak Melepas Lelah

Kalo dipikir-pikir, ternyata lelah juga ya bekerja selama enam hari dalam satu minggu. Apalagi mereka yang harus bekerja tiap hari dari pagi hingga pagi lagi, tanpa mengenal istirahat untuk melepas kelelahan, itupun dengan hasil yang belum tentu menggembirakan. Wah, ternyata saya masih jauh lebih beruntung karena masih punya waktu untuk rehat.

Kali ini saya melepas lelah dengan berkeliling kota banjarbaru-martapura
-ga hanya keliling sih, tapi sekalian ngantar si ibu ke pasar :$-. Hari minggu ini jalanan kota sangat ramai sekali bahkan sangat sesak oleh berbagai jenis kendaraan. Saya pun sempat mengalami kemacetan ketika akan melintas di sebuah lampu merah. Belum lagi terik matahari yang serasa tidak bersahabat siang ini. Asap kendaraan. Debu jalanan. Polusi dari truk-truk batu bara. Tidak ketinggalan bunyi klakson yang bersahut-sahutan dari beberapa mobil di belakang kami, karena tidak sabar menunggu antrian lampu merah yang sangat panjang.

Huff… Akhirnya lampu hijau juga nih, lirihku. Dengan bergegas kami kembali melanjutkan perjalanan menuju pasar martapura yang terkenal dengan took-toko berbagai macam perhiasannya itu
-sempat-sempatnya promosi :D-. Setelah beberapa waktu berjalan mengitari pasar, akhirnya ketemu juga barang-barang yang dicari si ibu. Hari libur ini keadaan pasar sangat amat ramai pengunjung. Ibaratnya semua manusia pada hari ini keluar dari tempat persembunyiannya untuk sejenak berlibur dan bersenang-senang. Saya jadi teringat ketika menonton sebuah sinetron yang mengambil lokasi syuting di  taman di depan pasar ini. Indah juga ya taman itu kalo diperhatikan :).

Canda tawa dari pengunjung pasar serasa bersahut-sahutan. Begitu juga transaksi tawar-menawar antara calon pembeli dan pedagang pakaian di sepanjang lorong pasar yang kami lewati. Selayang pandang kami memperhatikan beberapa pedagang kain dan pakaian jadi yang sibuk merapikan susunan barang dagangannya. Ada yang sedikit berbeda dari mereka. Ohhh... Ternyata setelah memperhatikan dengan seksama, rupanya pedagang ini adalah keturunan dari bangsa Arab dan beberapa diantaranya dari bangsa India. Pantas saja agak berbeda fikirku. Lalu muncul pertanyaan yang mengusik benakku saat itu, “adakah orang pribumi indonesia yang melakukan hal sama seperti mereka di negara mereka (Arab dan India)?”. Dan jawaban pun seketika melintas dari diri saya sendiri, “tentu saja ada, bila Allah berkenan”. Saya pun tersenyum.

Wahhh... Nyaman sekali rasanya bisa berehat melepas lelah dengan berjalan-jalan bersama keluarga. Walaupun tak harus pergi ke tempat yang mahal, tak harus membeli sesuatu yang mahal, tak harus memakai sesuatu yang mahal. Namun rasa nyaman itu tak akan pernah bisa terbayar sekedar dengan sesuatu yang mahal. Hanya rasa syukur yang bisa membuat kita merasakan kepuasaan. Bukan perasaan selalu berkekurangan. Ya, sekali lagi saya bersyukur masih diberikan kesempatan dan waktu untuk berehat, tak harus bekerja setiap saat.

Memang benar kata orang tua. Bila urusan dunia, maka lihatlah ke bawah, dan bila urusan akhirat maka lihatlah ke atas
-jangan dibolak-balik lho ya :D-. Karena bila menyangkut urusan dunia ini kita malah selalu melihat ke atas, mungkin kita akan menjadi orang yang merugi dan sangat sukar untuk bersyukur. Tidak diragukan lagi, memang demikian adanya. Dan akhirnya yang menjadi korban atas kesalahan dalam pemahaman ini adalah diri kita sendiri. Karena terus menerus dituntut untuk memiliki dan mendapatkan -hal ihwal keduniaan- yang lebih dan lebih lagi.

Baca selengkapnya, klik ajah disini ..

Rabu, 24 Juni 2009

Beradab? Atau Berilmu?

Satu kenyataan yang kadang terlupakan oleh insan. Ternyata beradab itu adalah lebih tinggi daripada berilmu. Kebanyakan manusia berusaha mencari dan terus mencari ilmu setinggi-tingginya, namun malangnya banyak diantara mereka yang lupa akan pembelajaran adab.

Dengan ilmu yang tinggi, belum tentu seorang manusia bisa dikatakan sebagai insan yang mulia. Tapi bila seseorang sudah beradab, maka insya Allah orang tersebut akan menjadi insan yang mulia dan luhur dimata sesama manusia bahkan dimata Allah. Insya Allah. Dan akan menjadi sangat lebih baik lagi bila dapat memiliki keduanya sekaligus -beradab dan berilmu-. Dengan begitu pemahamannya akan ilmu menjadi semakin terarah dan insya Allah akan terhindar dari per-budak-an ilmu, dimana seseorang yang memiliki ilmu tinggi tapi ia malah dikuasai atau bahkan dikendalikan oleh ilmu tersebut.

Mengapa banyak terjadi disekitar kita, orang yang berilmu tinggi namun terkadang praktek dalam keseharian hidupnya tidak mencerminkan bahwa ia berilmu tinggi? Misalnya dengan memandang rendah orang lain, menyepelekan kehadiran orang lain, bahkan menganggap dirinya lah yang paling pintar dan berilmu, dan sedikit ke-congkak-an yang tersamar yaitu dengan berat hati bila ada seseorang yang datang padanya untuk menimba sedikit ilmu. Semua ini tidak mustahil terjadi karena kurangnya adab tadi. Karena manusia yang beradab senantiasa menjaga segala sikap dan tindak tanduknya agar jangan sampai sedikitpun meninggalkan kesan merugikan atau bahkan sampai menyakiti orang lain. Betapa luhurnya bukan sifat beradab ini?

Ini juga mungkin akan menjadi salah satu faktor yang harus menjadi pertimbangan kita dalam memilih ilmu untuk dipelajari. Seperti kata pepatah, salah perencanaan maka akan gagal lah semuanya. Lalu bagaimana? Ilmu duniakah atau ilmu akhiratkah? Jawabannya adalah, seimbangkanlah antara keduanya. Bukankah tujuan kita hidup ini adalah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat?

Ilmu adab ini mungkin juga pernah kita pelajari di sekolah ataupun tempat menuntut ilmu lainnya, namun porsinya tidak akan lebih banyak dari mata pelajaran matematika, bahasa indonesia, ilmu pengetahuan alam, dsb. Lalu dimana kita akan mendapatkannya dalam porsi yang lebih? Pertama mungkin dari orang tua, bila yang ini tidak memungkinkan, maka cobalah belajar dan teladani cara hidup orang-orang bijak. Dan yang terutama adalah Rasulallah. Dan bisa juga kita dapatkan dari sekitar kita. Para orang tua yang bijak dan banyak lagi. Seperti sebuah kalimat yang pernah saya baca, belajarlah dari pengalaman orang lain karena kita tidak akan memiliki waktu yang cukup untuk mengalami semuanya sendiri.

Semoga saja kita terlebih dahulu menjadi orang yang beradab baru setelah itu kita menuntut ilmu yg setinggi-tingginya. Jadi kita tak khawatir lagi diri kita akan dijajah oleh ilmu yang kelak kita miliki. Semoga kita memiliki keduanya. Adab dan ilmu. Amin :)

* merupakan satu pelajaran baru yang saya dapat beberapa hari ini. Semoga Allah membukakan pintu hatinya agar menjadi manusia berilmu yang lebih beradab dan bisa kembali menghargai orang lain. Amin.

Baca selengkapnya, klik ajah disini ..

Senin, 22 Juni 2009

Ternyata Begitu Sulitnya…

Terkadang hal ini bisa membuat saya tersenyum sendiri. Begaimana tidak? Beberapa waktu yang lalu, salah seorang akhwat teman saya bercerita pada saya seputar penantian akan datangnya seorang jodoh yang akan dikirim Allah untuk semua umat, terutama dirinya. Setelah melewati obrolan yang cukup panjang, akhirnya dia meminta tolong ke saya. Dan hal ini lah yang membuat saya agak sedikit -ah tidak hanya sedikit, sangat banyak malah :D- aneh dan merasa tidak percaya. Bagaimana mungkin dia minta tolong ke saya?

Dia meminta tolong ke saya agar membantunya dalam mencarikan seorang jodoh untuk dirinya. Ya Allah… Begitu sulit sekali permintaannya ini, gumamku dalam hati. Dan bagaimana mungkin dia minta tolong ke saya dalam hal sepenting ini? Pertanyaan yang seakan tanpa jawaban ini terulang lagi di benak saya. Dan satu pertanyaan lagi yang amat menggelitik hati saya adalah, bagaimana mungkin saya bisa mecarikan jodoh bagi orang lain sedangkan saya sendiri pun belum mendapatkannya untuk diri saya sendiri? Hahaha…=)) Sungguh ter-la-lu… Ckckckck…

Mungkin yang membuat saya agak kesulitan adalah dengan ketentuan jodoh yang diharapkan oleh teman saya ini. Dia berkata begini, “saya menginginkan seorang ikhwan yang sholeh, selainnya tidak menjadi kendala, dan saya yakin kamu tau bagaimana maksud saya”. Ya, saya memang sangat mengerti apa yang dia mau. Karena yang dia mau itu juga yang dimau oleh mayoritas perempuan. Ikhwan yang sholeh, keimanannya kuat, dan akhlaknya baik. Dan inilah letak permasalahannya, dimana saya harus mencari yang seperti ini.

Fyuhh… Mengapa saya harus merasa sulit? Tidak seharusnya saya berpikir berulang kali untuk memberikan pertolongan. Rasanya sudah menjadi kewajiban bagi orang yang dimintai tolong untuk memberikan pertolongan kepada orang yang meminta tolong. Dengan catatan : memberikan pertolongan sesuai dengan kemampuan si penolong. Ya, inilah yang harus dilakukan. Bukankah begitu sobat?

Tidak harus menunggu waktu berlalu, kala itu juga saya mencoba menghubungi beberapa teman, dan mencoba bertanya kepada mereka. Dan lucu sekali, seakan teman-teman saya itu tidak percaya dengan apa yang saya katakan. Mungkin dalam benak mereka berkata begini, “sejak kapan kamu jadi tukang cari jodoh ndri?” wkwkwkwk… Saya pun tidak berhasil untuk menahan tawa bila memikirkan ini. Dan walaupun sekarang usaha saya ini belum membuahkan hasil, tapi saya rasa saya tidak sepenuhnya telah gagal. Yang penting kan ikhtiar semaksimal mungkin. Soal dapat atau nggak nya kan itu sepenuhnya menjadi ketentuan Allah. Ya ga?
-duile udah kayak yang ahli aja ya ngmongnya, :D-. Hmm… Sementara udah dulu deh pencariannya, saya udah ngantuk -takutnya malah semakin ngaco :P-. Besok baru deh dilanjutin lagi.

*bagi yang berminat untuk dan atau ingin menolong saya, silahkan tinggalkan jejaknya di bawah sini. Dan dengan sangat, saya mohon sekiranya sobat semua mau dan berkenan membantu saya, hehe… ^0^.  Jazakumullah…

Baca selengkapnya, klik ajah disini ..

Eh… Award lagi nih :)

Ga nyangka nih dapet awardnya berturut-turut. Duh kok bisa ya sobat-sobat pada baik hati ngasih saya award? Padahal seperti yang saya bilang sebelumnya, saya merasa belum pantas untuk mendapatkan award-award beginian. Soalnya blognya masih sangat sangat sangat sederhana. Ibaratnya rumah tu tipenya RSSSS, ckckckck…

Tapi ga enak juga kalo udah susah-susah dikasih tapi ga diambil-ambil. Kan ga sopan bgt tuh. Ok deh langsung aja, award kali ini saya dapatkan dari seorang sobat blogger, M. Yusuf Ardi. Ini dia awardnya… Thaarrraaaaaaaa….
             
                   

Kata yang ngasih saya award ini, untuk nyebarin ato meneruskan award ini kepada sobat-sobat blogger yg lain, ada peraturannya. Ini dia : 

1. Buatlah posting yang memuatkan gambar award ini di blog kamu

2. Sebutkan siapa yang memberikan award ini beserta link blognya

3. Beri award ini kepada 5 sahabat kamu

4. Kunjungi blognya dan beritahu ada award dari kamu untuknya

5. Lakukan hal yang sama seperti yang memberikan award ini ke kamu.

Nah, selanjutnya saya akan memberikan award ini ke 5 orang sobat blogger, yaitu :
* Sobat Ria Adria
* Sobat Hapia Mesir
* Sobat Ferdi
* Sobat Irien
* Sobat Negeri Hijau

Semoga awardnya bermanfaat dan bisa semakin menambah semangat para blogger sekalin :)

Baca selengkapnya, klik ajah disini ..

Kamis, 18 Juni 2009

Eng Ing Eng… Award :)

Duh, seneng banget nih pagi-pagi buka blog, e malah dapat award dari neng geulis Ria_Adria. Ini dia awardnya… Jengg jengg jengg… Eh ntar dulu. Sebelum diliat awardnya, saya mo kasih juga award ini kepada 10 sobat blogger : 

* Sobat Aditya_febrianto
* Sobat M. Alfiansyah
* Sobat Bayi Ngeblog
* Sobat Hadist Shahih
* Sobat Tips Bisnis Akhirat
* Sobat Putri Setiani
* Sobat Roizz
* Sobat Bippi
* Sobat Aldi
* Sobat Rachmat

Show time… Jengg jengg jengg… Ni dia awardnya :).

 

Buat sobat-sobat yang udah pernah dapet awardnya ya gak papa dapet lagi biar makin erat persahabatan diantara kita. cara bagi-bagi awardnya gini :

- membuat postingan yang memuat gambar award ini di blog sobat
- sebutkan yang memberikan award ini beserta link blognya
- hadiahkan award ini kepada 10 sahabat
- kunjungi blognya dan beritahukan kalau ada award dari sobat untuknya
- sampaikan kepada sobat yang lain untuk melakukan hal-hal tersebut tadi...

Oya, sebelum ini sebenernya udah ada beberapa sobat sih yang ngasih award, tapi maaf beribu maaf sob, saya belum sempet-sempet untuk pajang awardnya disini. Dan saya ngerasa belum pantes aja nerima award-award dari sobat semua karena blog saya bener-bener sederhana. Tapi, terimakasih yang sebesar-besarnya kepada sobat semua yang telah memberikan award pada blog saya. Semoga makin jaya dan sukses selalu untuk semua sobat blogger dimanapun berada. Semangatttt…!!!

Baca selengkapnya, klik ajah disini ..

Nikmat Sujud

Bismillah.

Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis tentang ini, tapi karena sesuatu dan lain hal, maka baru sekarang bisa terealisasi. Dan alhamdulillah sampai saat ini saya masih bisa menulis sehingga bisa menuangkan apa yang ada dan singgah di benak saya
-untuk dijadikan sebuah tulisan-.

Benar kata peribahasa. Terkadang kita baru menyadari pentingnya arti sesuatu hal ketika ia benar-benar telah tiada
-habis termakan waktu, rusak, hilang begitu saja atau karena alasan lain-. Walaupun hal itu awalnya kita anggap sepele, tapi tetap saja -diakui ataupun tidak- kita merasa ada yang kurang tanpa kehadirannya.

Sempat dalam waktu yang cukup lama, saya tidak bisa melakukan sujud. Karena ada suatu kesakitan di kepala saya bila saya merunduk apalagi sampai bersujud. Kesakitan yang luar biasa, hingga bila saya tetap memaksakan diri untuk bersujud dalam sholat, maka saya akan jatuh tersungkur dan tak kuasa untuk bangkit lagi. Dan semuanya menjadi gelap, asing dan berpusing. Sungguh keadaan yang sangat mengganggu bagi saya. Bagaimana tidak? Saya tidak bisa bersujud jadi artinya saya juga tidak bisa sholat seperti orang-orang pada umumnya. Saya harus sholat dalam keadaan berbaring. Padahal tubuh saya masih mampu berdiri, tapi kepala saya tidak mengijinkan saya untuk bersujud. Andaikan saja keadaan ini bisa digantikan dengan suatu hal yang lain. Ku rindu sujudku
-lirihku berulang kali-

Padahal saya pernah membaca sebuah artikel tentang pentingnya sujud dalam sholat. Disebutkan disitu bahwa peredaran darah hanya akan sampai ke otak bila seseorang dalam keadaan sujud. Begitu indahnya Allah menciptakan setiap gerakan dalam sholat itu. Apa yang akan terjadi dengan otak saya bila saya tidak bisa melakukan sujud? Bagaimana ini? Saya selalu meminta agar keadaan ini secepatnya berlalu.

Sebuah pelajaran yang mungkin bisa kita ambil dari kejadian ini, adalah berusaha mensyukuri apapun yang telah kita punya sekarang ini. Tidak menilai rendah pada apapun, atau bahkan meremehkan sesuatu hal sekecil apapun. Karena bila ia telah pergi dari kita, maka hanya kehilangan dan penyesalan yang kita dapati, karena kita telah menyiakan. Apapun itu.

Dan sekarang, belum terlambat untuk mensyukuri, menjaga, merawat, dan menyayangi apa yang ada pada diri kita dan di sekeliling kita. Jangan pikirkan apa yang telah pergi
-walaupun ini sulit- karena ia tak akan kembali. Syukuri apa yang masih kita miliki sekarang dan apa yang akan kita dapat di masa datang, karena memang itulah yang terbaik untuk kita menurut pilihan Allah. Bukankah ini akan menjadi lebih baik bagi diri kita dan sekeliling kita?


Baca selengkapnya, klik ajah disini ..

Sabtu, 13 Juni 2009

Belajar Ikhlas Bareng Yuk!


Pertama-tama saya ingin sedikit bertanya pada teman-teman semuanya. Ikhlas? Ikhlas apaan sih? -apa sejenis makanan? wkwkwk...-. Mungkin banyak sekali persepsi dan pendapat berbeda mengenai definisi ikhlas tersebut di atas. Hmm... Baiklah. Disini saya tidak ingin memperdebatkan tentang perbedaan pendapat -karena bagi saya, berbeda pendapat itu adalah suatu hal yang wajar-. Tapi saya ingin mengajak teman-teman semua untuk sama-sama belajar tentang yang namanya ikhlas -karena saya sendiri masih harus belajar banyak dari sobat sekalian, hehe-.

Are you ready to start learn with me? Good… :)

Ok, sudah saatnya untuk serius. Pernah saya bertanya pada diri saya sendiri, sebenarnya ikhlas itu bagaimana sih? Mengapa sangat sulit sekali rasanya untuk mengaplikasikannya di dalam seluruh aspek kehidupan ini? Apakah tiap kali lisan kita berlafal “ikhlas”, hati kita juga meng-iya-kan lisan kita? Banyak sekali pertanyaan yang saya lontarkan berkaitan dengan ikhlas ini. Mungkin langkah pertama yang harus kita ambil adalah, berusahalah jujur terlebih dahulu pada diri sendiri -inilah yang terus saya coba terapkan pada diri saya sendiri-.

Tentunya sobat semua sudah mengetahui hal ini. Keikhlasan itu akan dipertanyakan manakala kita dihadapkan dengan keadaan yang bertolak belakang dengan harapan kita. Misalnya kemiskinan, kesakitan, kenistaan, kejelekan, kemalangan, penolakan, kehilangan, dsb. Keadaan dimana sebenarnya sangat tidak kita harapkan hal itu terjadi. Bahkan kalau memungkinkan, kita sangat ingin untuk menolaknya. Hingga ada peribahasa begini, “andai saja waktu bisa diputar balik kembali”. Peribahasa itu ada benarnya juga. Memang, bila waktu bisa diputar balik kembali, tentu kita akan menghindari hal “jelek-jelek” dalam perjalanan hidup kita ini, dan hanya mengambil yang baik-baiknya saja. Dan memang itulah hakikat hidup manusia, cenderung menginginkan segala yang baik-baik saja. Dan kalau bisa, mungkin setiap manusia ingin bisa mengatur sendiri seluruh kehidupannya, jadi ia bisa terlepas dari segala hal yang jelek
-hayo ngaku… bener kan?:P-. Namun malang, tidak akan pernah ada manusia yang mampu menciptakan kehidupan sesuai yang ia inginkan, bahkan fir’aun sekali pun. Karena setiap apapun di dunia ini telah memiliki jalannya masing-masing dan telah ditentukan -oleh Allah azza wajala- jauh sebelum dunia ini tercipta.

Dan saya yakin, ketika kita dihadapkan pada keadaan yang sesuai dengan keinginan kita, maka keikhlasan ini tak perlu dipertanyakan lagi, sudah barang tentu semua orang akan ikhlas menerima segala hal yang sudah menjadi impian dan angan-angannya. Misalnya kemewahan, kecantikan, ketampanan, kekayaan, kesehatan, keberuntungan, dsb. Adakah diantara kita yang akan menolak semua ini? Semua pasti tau jawabannya.

Pernahkah sobat merasa kehilangan hal atau sesuatu yang sangat amat berharga bagi sobat sekalian? Kehilangan yang tidak akan pernah kembali lagi. Apapun kehilangan itu, pasti akan meninggalkan suatu perasaan perih dan membekas di hati masing-masing. Bahkan ada yang tak bisa hilang bekasnya untuk selamanya. Benarkah? Dan apakah sobat semua sudah berhasil untuk mengikhlaskan kehilangan itu?

Dalam terpekur, kadang saya bisa hanyut dalam keadaan yang sangat aneh. Tiba-tiba saja saya ingat dengan almarhum ayah saya yang begitu dekat dengan saya dan yang sangat saya sayangi. Ketika keadaan itu mulai merasuki hati saya dan membuat saya merasa sangat sedih, saya mencoba untuk melawannya. Saya katakana pada diri saya. Saya ikhlas! Ya. Saya sudah ikhlas menerima kehilangan ini Ya Rabb. Begitu pula bila saya teringat kembali kepada kehilangan-kehilangan yang lainnya. Saya pun melakukan hal yang sama, sebelum saya dikalahkan oleh perasaan sedih itu yang dapat membuat saya lemah dan menitikkan air mata. Namun apa yang terjadi? Seketika itu pula ada perasaan halus yang menyusup ke dalam hati dan membuat hati saya terasa amat perih. Ya Allah, mengapa begini? Apakah ini bisa dikatakan ikhlas? Atau…? Astaghfirullahalazhim…

“Ukhty… Ikhlas itu adalah sebuah akhir dari proses. Keputusan yang tulus untuk sebuah kebaikan. Ikhlas akan bernilai ibadah jika karena Allah. Ikhlas bukan berarti melupakan kenangan ataupun kehilangan itu, tapi ikhlas merupakan penerimaan”. Begitulah perkataan salah seorang ahkwat sahabat baik saya. Begitu dalam makna perkataannya. Dan sangat mencerahkan.

Bagaimana dengan sobat sekalian? Sekiranya sobat berkenan untuk membagi ilmu yang bisa membuat kita saling belajar dan menambah wawasan kita, silahkan ikat ilmu itu dengan menuliskannya dan meninggalkannya di sini (coment box). Karena, ilmu yang bermanfaat itu termasuk salah satu amal sholeh yang tidak akan putus pahalanya sampai ke akhirat pun kelak. Semoga Allah membalas kebaikan sobat sekalian. Amin…


Baca selengkapnya, klik ajah disini ..

Kamis, 11 Juni 2009

Berbicara Dengan Nurani

Suatu pengalaman bagi saya ketika surfing internet, saat itu saya mampir di komunitas Yahoo! Answer. Rame sekali rupanya keadaan disitu. Ada yang melempar pertanyaan dan beberapa detik kemudian langsung ada yang menjawab pertanyaan tersebut baik dengan serius atau hanya iseng untuk nambah point saja. Hehehe… -saya pun juga gitu kalo lagi kumat isengnya :P-

Saya tersenyum sendiri melihat beberapa pertanyaan terbaru yang diluncurkan oleh beberapa kawan di room global, disitu semua orang bebas mengeluarkan apapun yang menjadi unek-unek mereka, tanpa malu-malu. Bebas bertanya apapun, dan yang lain pun akan menjawab sesuai ketahuan mereka tanpa menganggap orang yang bertanya itu lebih bodoh dari yang menjawab. Inilah yang membuat saya terkadang asyik mengikuti aktivitas mereka, karena tidak terdapat kesenjangan sosial dan lain sebagainya. Semuanya ingin berbagi ilmu. Ya. Kata-kata yang paling tepat adalah berbagi dan mencari ilmu.

Tapi saya agak terkejut ketika ingin ikut menjawab sebuah pertanyaan. Saya tidak memperhatikan bahwa kategori pertanyaan itu datang dari room agama dan kepercayaan, karena sang penanya hanya menulis subjek pertanyaannya dengan kalimat ini, ”adakah yang tau mengapa begini?”. Saya semakin penasaran, dan ketika saya klik pertanyaan itu, saya dapati si penanya mendeskripsikan secara singkat maksud dari pertanyaannya. Ternyata dia bertanya tentang, ”mengapa di room agama dan kepercayaan banyak sekali si penanya ataupun si penjawab melontarkan pertanyaan dan jawabannya dengan menggunakan huruf besar?” Ketika itu saya belum terlalu mengerti dengan maksud pertanyaannya. Sempat juga terlintas di benak saya, ”mungkin saja mereka sedang iseng, memangnya berdosa bila menulis dengan huruf besar semua?” hehehe...

Kemudian saya melakukan survey lebih jauh ke dalam room agama dan kepercayaan tadi. Dan ternyata…. Eng ing eng… Benar! Banyak sekali pertanyaan dan jawaban ditulis dengan menggunakan huruf besar dan kata-kata yang sangat amat tidak sopan atau bahkan melecehkan tentang agama dan kepercayaan itu. Sekarang saya baru benar-benar paham dengan pertanyaan di atas tadi. Ternyata itu merupakan pertanyaan yang berisi sindiran secara halus alias sinisme
-duh indri... lemot bgt sih :( telat bgt pahamnya :D-

Sekarang kita kembali kepada pertanyaan tadi. Menurut teman-teman semua, apa pernyataan yang sesuai untuk menjawab pertanyaan tadi? Kalo saya pribadi hanya menjawabnya dengan simple. Yaitu karena orang-orang tersebut diatas berbicara tidak dengan hati nurani, dan telah dikuasai oleh hawa nafsu. Padahal semestinya kita lah yang harus mampu mengendalikan hawa nafsu, bukan malah sebaliknya
-hawa nafsu yang mengendalikan kita-. Dan yang bisa mengendalikan hawa nafsu hanyalah keimanan seseorang. Memang sangat sulit sekali bila berbicara tentang pengendalian ini. Semakin tinggi tingkatan keimanan seseorang, maka akan semakin kuat dia menahan arus keras hawa nafsu yang berusaha membelokkan keimanannya. Lalu bagaimana dengan kita sekarang? Mari kita coba tanyakan kembali pada diri kita.

Setiap orang pasti memiliki sisi baik yang mendorong dirinya untuk berbuat kebajikan. Dan begitu juga sebaliknya. Ketika akal sehat telah mampu mengendalikan nafsu, maka ia akan cenderung berbuat kebaikan, namun bila nafsu yang telah memperbudak akal sehat, maka ia akan cenderung berbuat kemunkaran bahkan akan terus mengulanginya. Tampak dari ini semua, betapa pentingnya pengendalian diri itu.

Tentang perdebatan antar umat beragama mungkin telah menjadi persoalan yang umum dan sering terjadi. Sejauh yang saya lihat disitu hanyalah “perang dingin” (saling mencaci dan memperolok), mudah-mudahan saja tidak sampe “berdarah-darah”, hehehe… Tapi sebenarnya mengapa harus saling mengejek? Bukankah “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”?

Nah sobat, menurut kalian gimana? Kalo ada pendapat lain, tolong dituliskan dibawah ya. Jazakumullahu khoiron…

Baca selengkapnya, klik ajah disini ..

Selasa, 09 Juni 2009

Dilema

Sobat, kali ini saya mau minta pendapat dan saran dari kalian semua nih. Tulisan kali ini bukan merupakan artikel, berbagi ilmu, atau sentuhan jiwa lainnya. Mungkin lebih tepatnya adalah berbagi kebingungan, agar cepat terselesaikan -upss, ga separah itu kok, so ga usah takut, hanya minta saran dan pendapat doank kok, hehe..-.

Gini lho ceritanya. Saya sempet agak kaget juga sih. Tiba-tiba siang ini bos saya mengajukan tawaran kepada saya untuk pindah tempat kerja. Tau ga kemana pindahnya? Ke...Jakarta sob. Secara kantor pusatnya ada di Jakarta selatan tuh, nah ini dia nih yang bikin saya pusing tujuh keliling sekarang -lebay bgt ya-. Kata si bos sih dia males lagi gitu buat nyari karyawan baru. Rada susah katanya. Saya jadi berpikir, ni beneran ga ya? Ga kebayang aja gitu buat melancong apalagi pindah ke sono. Ntah kenapa kalo udah denger nama Jakarta, tiba-tiba aja saya ngeri sendiri. Kebayang kriminal-kriminal yang di tivi-tivi. Ya saya tau sih mestinya kita harus selalu ber-khusnudzon billah. Tapi…

Siapa sih yang ga tau gimana Jakarta abad ini? Sedangkan saya udah terbiasa dengan dunia damai dan asrinya Kalimantan tercinta. Jauh dari keributan dan kebisingan -walaupun ada tapi hanya skala kecil- baik kotanya maupun penduduknya. Lalu sekarang saya harus gimana donk? Dari tadi siang mpe sekarang, pertanyaan ini mulu yang nyangkut di otak saya. Makanya nih saya keluarin dengan menuliskannya, sapa tau aja bisa ngurang-ngurangin sesaknya kepala saya, -syukur-syukur kalo sekalian dapat saran/pendapat dari sobat-sobat sekalian yg pada baik hati- hehe..

Huff… Udah ah, mo sholat aja dulu, sapa tau ntar dapet petunjuk ke jalan yang bener. Amin -ayo donk sob sama2 bilang amin :D-. Oya, saran, pendapat, koment, dan hadiahnya ditunggu dari sobat-sobat pena sekalian :).



Baca selengkapnya, klik ajah disini ..

Senin, 08 Juni 2009

Binar Hidup dari Sang Pencinta

dikeheningan malam sayup sayup ku dengarkan dari kejauhan
lantunan syair yang rasanya tak asing lagi bagiku
ohh.. indah dan sejuk sekali irama ini

jauh sekali rasanya aku mencari hikmad ini
apakah ini sebenarnya?
lagukah?
atau...

kian lama ku simak lantun baitnya
kian tenang jiwa ini terbuainya
keajaiban apa ini ya angin?
kesejukkan yang sempat menghilang dalam rasaku

berlari ku telusuri gelap malam ini
berlari ku mencari asal datangnya syair ini
dan akhirnya dapat jua kutemukan

masya Allah...
terduduk lemas di kedua kakiku
tak kuasa menahan keharuan ini
tepat dihadapku seorang gadis kecil
dengan asyiknya mendendangkan bait demi bait itu
indah yang tak lain adalah Al-Qur'anulkharim

obat penguras habis kesedihan hati
pembuang jauh iri dan dengki
penyejuk atma yang telah lama terasingi
wewangian surga lan binar cahya illahi

ialah sang obat kebahagiaan hakiki



Baca selengkapnya, klik ajah disini ..

Baca Dulu Yuk Bentar…

Hmm… Udah pada baca belum nih tiga novelet karya Habiburahman El Shirazy yang tersusun apik dalam novelnya yang berjudul Dalam Mihrab Cinta? Insya Allah sebagian besar dari temen-temen pasti udah pada baca kan? Malah mungkin saya lah yang telat bacanya T_T.

Okeh, kita lanjutin. Di dalam novel kali ini pun penulis -kang abik- juga mampu memberikan sentuhan luar biasa yang dapat masuk menembus nurani kita ketika membaca bait demi bait tulisannya. Disini saya bukan ingin menceritakan kembali isi novelnya -karena saya yakin teman-teman semua sudah sangat tau ceritanya :)-, tapi di...sini saya ingin mengambil ilmu dan pelajaran yang didapat dari novel ini.

Pada novelet ketiga saya membaca sebuah percakapan antara Zul dan Mari -tokoh di dalam novelet ketiga-. "Apakah ada kilatan binar serigala dalam mataku Mbak?", tanya Zul. Mari tersenyum, dan menjawab, "Jujur saja Dik ya hampir di semua mata lelaki ada binar liar serigala ketika melihat perempuan. Untuk itulah menurut saya kenapa kaum lelaki diminta oleh Tuhan untuk menjaga pandangan". Setelah terdiam beberapa saat, Zul merasa menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawab perkataan Mari tadi. "Dan hampir semua wajah dan mata perempuan itu memiliki sihir yang mampu mengubah lelaki jadi serigala. Maka sebaiknya memang keduanya saling menjaga. Agar tetap menjadi manusia yang mulia dan tidak berubah menjadi manusia serigala." Mari pun tersenyum mendengarnya.

Begitu mulianya Allah menciptakan manusia ini dan meninggikan derajatnya bila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Menurut saya, percakapan pendek diatas sangatlah menarik karena sarat akan pesan dan makna dari sebuah pengajaran, walaupun sekilas terkesan seperti percakapan biasa, namun jarang sekali percakapan seperti ini kita temukan disekitar kita. Begitu gamblangnya dipaparkan oleh Al-Qur’an tentang bagaimana Islam mengatur dan mengajarkan tentang pergaulan lain jenis. Begitu jelasnya Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup, hingga sedetail-detailnya. So, mari perbaiki dan terus perbaiki diri sobat! Agar bisa menjadi manusia yang mulia semulia penciptaannya. Allah sudah memuliakan kita, maka apakah alasan kita untuk tidak menjadikan diri kita untuk lebih mulia dimata-Nya? Dan dalam hal pergaulan lain jenis, mulailah dari menjaga pandangan -kalo tetep ga bisa dijaga, mendingan nunduk aja deh (masa bodo orang mo bilang kita lagi nyari jarum jatoh gara2 nunduk mulu, hehe..), klo tetep ga bisa juga, pake kacamata kuda aja ato ga pake penutup mata aja sekalian biar nabrak tembok :D-. Insya Allah akan mendapat pertolongan-Nya dan dijauhkan dari kesesatan dan kemaksiatan. Semoga bermanfaat sobat…!!!

Baca selengkapnya, klik ajah disini ..

Umat Paling Cerewet…

Mungkin teman-teman sekalian sudah tau tentang siapakah umat di muka bumi ini yang paling ”cerewet”. Ya, tidak lain adalah umatnya nabi Musa a.s alias Bani Israil. Sebagaimana kekurangannya, kaum ini juga memiliki kelebihan yaitu bila dilihat dari segi kekuatan fisik, kaum ini juga merupakan kaum yang terkuat.

Diriwayatkan di dalam Al Qur’an surat Al-Baqarah -pastinya ayat brp sih lupa, yg pasti sekitar ayat 40-50an gt deh, maklum pas baca ga liat2 lagi ayat brp, tp lgsg tancap gas, hehe :D-. Diceritakan disitu betapa cerewetnya umat nabi Musa a.s ini. Istilahnya jaman sekarang mungkin sama aja dengan ”dikasih hati minta jantung” alias ga pernah merasa cukup apalagi bersyukur, malah selalu meminta lebih dan lebih lagi. Padahal kala itu Allah telah memenuhi segala kebutuhan mereka, misalnya pada saat cuaca amat panas, Allah menaungi mereka dengan sebuah awan/mendung. Kemudian Allah memberi mereka makanan dan minuman terbaik, yaitu burung dan madu. Namun tak pernah terucap rasa syukur dari mulut mereka, yang ada hanyalah mengeluh, merengek, meminta dan terus meminta.

Ketika nabi Musa a.s diutus Allah untuk suatu keperluan yang mengharuskannya meninggalkan kaumnya selama 40 hari lamanya, taukah apa yang dilakukan kaumnya ketika itu? Mereka beralih pandang. Mereka beralih keyakinan. Mereka tidak lagi menyembah Allah sebagai Tuhan mereka, namun mereka mulai menyembah seekor anak sapi. Na’idzubillahimindzalik... Betapa kufurnya mereka. Hanya ditinggal nabi Musa sebentar saja, mereka sudah berpaling sejauh ini. Hanya karena omongan seseorang yang mengaku dirinya sebagai pengganti nabi Musa -kala itu-, mereka dengan mudahnya menyembah seekor anak sapi yang diyakininya sebagai Tuhannya.

Namun Allah memang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ketika nabi Musa a.s datang dan terkejut mendapati apa yang dilakukan oleh kaumnya sepeninggalnya, beliau memintakan ampun untuk kaumnya kepada Allah, dan Allah pun mengampuni bani israil itu. Bagai tak berkesudahan, ada lagi ulah yang dibuat oleh kaum ini. Mereka berkata kepada nabi Musa a.s, ”Wahai Musa, kami tidak akan beriman sebelum kami dapat melihat Allah Tuhanmu”. Kemudian Allah mendatangkan petir untuk menyambar bani israil itu. Dan ketika itu nabi Musa a.s memintakan ampun untuk kaumnya pada Allah -untuk yang kesekian kalinya- dan Allah pun kembali mengampuni mereka dan menghidukan mereka kembali. Semua ini tak lain adalah agar mereka bersyukur dan menjadi orang yang bertakwa.

Nah, bagaimana pendapat teman-teman semua tentang cerita diatas -tentang sekelumit perilaku bani israil-? Mungkin ada yang berpikir, sungguh sangat menjengkelkan. Masih banyak hal-hal menjengkelkan lainnya yang mereka lakukan dan dijelaskan di dalam AlQur’an.

Ini harusnya menjadi pelajaran bagi kita semua. Jangan sampai kita menjadi bani israil-bani israil selanjutnya. Jangan sampai Allah menurunkan azabnya yang pedih kepada kita karena keteledoran kita sendiri. Pandai-pandailah mensyukuri apapun yang melekat dan ada pada diri dan hidup kita saat ini. Karna belum tentu dengan segala hal lebih yang kita inginkan, kita akan menjadi umat yang lebih baik. Bukankah segala yang berlebihan itu tidak pernah baik? Mari kita sama-sama merenungkan apa yang telah kita perbuat selama ini. Apakah kita sudah termasuk orang-orang yang pandai bersyukur?

*Ya Allah… Ingatkanlah kami dikala kami lupa dan berikanlah kami petunjuk dikala kami sesat, peringatkanlah kami sebelum Engkau menurunkan adzab atas kelalaian kami, serta jadikanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang pandai bersyukur. Amin.*

Baca selengkapnya, klik ajah disini ..

Kamis, 04 Juni 2009

Perubahan...


Sesuai dengan judul tulisan kali ini, saya akan berusaha untuk sedikit membahas tentang perubahan. Perubahan. Sebuah kata yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita semua. Mungkin kedengarannya agak klise, tapi dibalik itu semua mengandung makna yang sangat luas sekali. Menurut survey saya, banyak sekali orang yang bilang bahwa melakukan perubahan itu sangat sulit sekali ketimbang dengan memulai segalanya dari awal, atau dengan kata lain memulai sesuatu itu lebih mudah daripada merubahnya. Ya, saya sangat setuju sekali dengan pendapat kebanyakan orang itu.

Seorang tukang jahit berkata, ”kalau saya disuruh memilih antara membuat baju atau disuruh mempermak (merubah) bentuk baju, saya tentu akan lebih memilih untuk membuat baju, karena perkerjaan merubah itu bukanlah pekerjaan yang mudah, penuh resiko dan sangat melelahkan, dan belum tentu juga hasilnya nanti akan sesuai dengan keinginan”. Hal sama dikatakan oleh seorang pematung, “saya lebih baik disuruh membuat sepuluh patung daripada disuruh merubah dan mempermak sebuah patung yang telah jadi”. Sekarang pertanyaannya adalah, sebegitu sulitnya kah untuk melakukan sebuah perubahan? Mari kita renungkan sejenak.

Terlepas dari kedua orang tadi, dalam kehidupan setiap insan pun pasti akan mengalami yang namanya perubahan. Entah itu perubahan fisik, maupun mental atau sifat dari insan tersebut. Menurut saya pribadi, sebetulnya bukanlah perubahan yang sulit, namun proses untuk berubah itulah yang sukar dilakukan. Apalagi proses itu memerlukan waktu yang cukup panjang. Setuju bukan?

Terutama dalam merubah suatu sifat atau kebiasaan yang sudah mendarah daging pada diri kita. Misalnya saja itu adalah sifat atau kebiasaan buruk. Terkadang ada yang hanya berniat ingin berubah menjadi lebih baik namun tidak melakukan apa-apa untuk mencapai maksud dan tujuannya itu. Teman-teman sekalian, inilah jawaban dari kesukaran yang selama ini belum bisa kita enyahkan. Jawabannya adalah ACTION (tindakan). Seberapa besar pun niat kita untuk berubah, namun bila tidak ada realisasi tindakan yang kita lakukan, saya yakin sampai kapan pun kita akan tetap menjadi orang yang sama. Bukanlah ada firman Allah yang mengatakan, ”Aku tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka berusaha sendiri untuk mengubahnya”.

Jadi, mulailah untuk bertindak dari sekarang. Misalnya antum berkeinginan untuk bisa berubah menjadi orang yang lebih pintar, maka tunjukkan dengan perbuatan, jangan hanya niat di lisan saja. Segera bangkit dan berjalanlah ke arah sumber ilmu! Jika berkeinginan menjadi insan yang lebih baik, maka bersegeralah memperbaiki diri dan mendekatkan diri pada Allah dengan tindakan. Bersegeralah ambil wudhu dan perbaiki sholat! Bersegeralah membaca Al-Quran! Bersegeralah berinfaq dan sedekah! Begitu juga hal yang lainnya. Semoga Allah senantiasa memudahkan dan melancarkan segala urusan kita. Amin.



Baca selengkapnya, klik ajah disini ..

Selasa, 02 Juni 2009

Untuk lebih menjaga hati katanya…

Fiuuhh… Lelah sekali rasanya kalo sudah membahas urusan hati. Seakan tiada habisnya. Seorang anak kecil berkata pada saya, ”mbak, panggil saya dengan sebutan adik saja ya, jangan dengan sapaan yang lain semisal nama atau apalah, ini demi untuk lebih menjaga hati kita”.

Gubrakkkk… Hati kita? Apa maksud perkataannya?

Bukan hati kita, tapi hanya hati kamu saja. Ya. Itulah jawabannya. Karna tidak terjadi apa-apa dengan hati saya. Hatimu lah yang tidak kau jaga dengan baik sehingga terkesan lemah dan gampang sekali terpeleset (saya tidak mengada-ada, tapi inilah kenyataannya).

Hhhmmm… (lega sekali rasanya bisa bernafas panjang)

Susah sekali ternyata menghadapi seorang anak kecil. Entah apa yang ada dipikiran dan khayalnya, sama sekali tak bisa terpecahkan olehku. Maunya apa sih? (tanyaku dalam). Sebentar-sebentar penuh semangat. Sebentar-sebentar mere...ngek, mengeluh dan mencaci nasib. Sebentar-sebentar kembali meminta maaf. …Speechless… Dasar anak kecil. Kapan sih bisa berpikir sedikit dewasa? Astaghfirullah… Sabarkan hamba-Mu ini Ya Allah :(

Kenapa sih dia bisa salah faham begini ke saya? Memangnya apa yang telah saya lakukan sehingga dia harus bersimpati ke saya? Ya Allah… Hentikan ini. Saya tidak mau yang seperti ini. Niat hamba membantunya adalah tulus hanya karna-Mu Ya Allah, tak ada yang lain. Tapi kenapa dia salah mengartikannya? Waduhhhh…. Bener-bener gawat nih. Ternyata usaha saya untuk mendewasakannya dengan memberinya nasehat-nasehat sama sekali gak berhasil. Malah bisa dibilang GATOT alias gagal total.

Saya jadi teringat sebuah syair dan lirik yang saya baca, ”ketika hati sudah tak dapat dijaga, maka hentikan! Sebelum syetan semakin menjerumuskanmu pada lembah kesedihan dan kehancuran yang teramat dalam”. Ya. Ini memang harus dihentikan. Tak peduli apakah kamu setuju atau tidak. Karna saya yang akan menghentikan ini semua. Sebelum idealismemu semakin jauh dan entah kemana.

Selamat tinggal wahai anak kecil. Sesungguhnya kau sama sekali belum mengerti arti hidup, bahkan kau mungkin belum mengenalnya. Hidup ini tidak sekedar tentang hati. Masih banyak hal lain yang lebih penting. Semoga suatu hari kau benar-benar bisa menjadi orang dewasa yang berpikiran dewasa, bukan sebaliknya. Dan semoga saja kau bisa menjaga hatimu dengan lebih baik kelak. Dan perlu kau tau, menjaga hati itu tidak dengan mengubah sapaan saja. Hohoho.. Lucu sekali. Dasar anak kecil. Ternyata belum mengerti juga tentang ini.

Yeahh… Selesai sudah tugasmu yuli. Sekarang harus kembali bersemangat. Allahu Akbar…:)



Baca selengkapnya, klik ajah disini ..