Senin, 11 Juli 2011

Forgive, but not Forget. Is it True???

Bismillah….

Assalamualaikum wr wb…

Alhamdulillah, akhirnya bisa kembali menemukan semangat menulis di blog, yang sempat terbang menghilang entah kemana, untuk beberapa waktu lamanya. Juga, karena melihat semangat yang menggebu-gebu dari beberapa teman newbie, akhirnya saya termotivasi untuk menghidupkan kembali blog ini, yang sempat mengalami tidur panjang (hibernasi, red). Hehe… Huff…

Forgive, but not forget. Is it true??? Bagi saya, pernyataan ini cukup kontroversial. Bagaimana tidak? Bukankah, ketika kita telah benar-benar memaafkan suatu kesalahan, secara otomatis kita juga telah melupakan tentang kesalahan tersebut? Bila tidak, bagaimana pula kita bisa betul-betul memaafkan, sedangkan kita masih terus mengingat-ingat kesalahan demi kesalahan tersebut?

Mungkin, sekilas terlihat membingungkan. Tapi saya yakin, setiap diri pribadi kita pasti pernah berada di posisi “memaafkan”. Apapun dan bagaimanapun permasalahannya. Berat ataupun ringan.

Pernahkah anda merasa sangat sulit untuk memaafkan? Atau, sejujurnya dalam hati anda ingin sekali memaafkan, tapi bila teringat kembali akan permasalahannya maka hati anda akan merasa sangat sakit dan keinginan untuk memaafkan tadi kembali ditutupi oleh rasa sakit itu. Lalu, anda pun menunda bahkan enggan untuk memaafkan.

Dalam sebuah seminar tentang “Managemen Otak” yang pernah saya ikuti, ada beberapa statement dari si pembicara yang masih bisa saya ingat dengan jelas. Bahwa, otak manusia itu memiliki ruang yang sangat besar untuk penyimpanan data. Bahkan bila dibandingkan dengan sebuah memori komputer, maka otak manusia memiliki memori yang jauh lebih besar daripada memori sebuah komputer. Setiap kejadian yang dialami selalu terekam dan tersimpan di dalam otak. Tidak ada yang hilang. Apabila kita melupakan suatu kejadian, itu bukan berarti bahwa memori kita mengenai kejadian itu telah hilang dari otak kita. Tetapi, kita hanya lupa di bagian sel otak yang mana tempat kita menaruh memori tentang kejadian itu.

Ilustrasinya, beberapa tahun yang lalu kita pernah membuat sebuah ketikan word, lalu kita menyimpannya di dalam komputer kita, di dalam sebuah folder. Beberapa tahun kemudian kita memerlukan ketikan tersebut, tetapi kita lupa tempat penyimpanannya di dalam folder yang mana. Nah, seperti itu pula lah yang terjadi di dalam otak kita. Ketika kita sering membuka folder ketikan tadi, maka kita akan ingat dengan jelas di mana letaknya. Bila kita sering mengingat sesuatu kejadian, maka ingatan tentang kejadian itu akan semakin tertulis tebal di dalam otak kita, sehingga bila kita ingin kembali mengingat kejadian tersebut, maka kita akan dengan mudah bisa menemukan memori tersebut di dalam otak kita. Begitu pula sebaliknya, bila kita jarang atau bahkan tidak pernah untuk mengingat suatu kejadian yang pernah terjadi di dalam hidup kita, maka memori tentang kejadian tersebut akan tertumpuk oleh memori-memori lain. Dan bila kita disuruh mengingatnya kembali, kita akan kesulitan untuk mengingatnya, karena kita lupa di mana letak sel penyimpanan memori tersebut.

Masih mengutip penjelasan dari si pembicara, kesimpulannya adalah, ketika kita ingin melupakan sesuatu, maka berhentilah untuk mengingatnya. Karena :
melupakan = tidak mungkin dilakukan (pekerjaan yang mustahi dilakukan oleh otak, terkecuali otak mengalami gangguan, ex:amnesia)
tapi,
berhenti mengingat = hal yang mungkin dilakukan.
Bagaimana caranya untuk berusaha berhenti mengingat tentang suatu hal? BERHENTI MEMBICARAKANNYA!!! Itulah cara ampuh untuk berhenti mengingat sesuatu. Karena, ketika kita berbicara tentang sesuatu, maka otak kita secara otomatis akan memutar memorinya untuk mencari hal-hal yang berhubungan dengan apa yang kita bicarakan, maka secara otomatis pula kita akan semakin mengingat apa yang kita bicarakan.

Namun, kenyataannya yang sering terjadi adalah, seseorang mengatakan “aku ingin melupakan kejadian itu”, dia mengatakannya berulang-ulang, kepada banyak orang, seakan-akan dia benar-benar ingin melupakannya, padahal apa yang sebenarnya terjadi? Upaya yang dilakukannya lebih mengarah pada “aku ingin terus mengingatnya”, bukan “aku ingin melupakannya”, karena dia terus membicarakannya. Maka otaknya pun dengan otomatis semakin mengingat kejadian itu sebanyak dia mengucapkannya.

Kaitannya dengan judul tulisan kali ini adalah, ketika kita berada di posisi “memaafkan”, namun kita masih belum bisa melupakan kesalahan tersebut, sejatinya kita “belum benar-benar memaafkan”, kemaafan itu hanya datang dari lisan kita, bukan murni dari hati.

Maka wahai kawan, marilah bersama-sama kita menyadarinya. Apakah kemaafan kita sudah betul-betul datang dari hati kita? Apakah kita sudah betul-betul bisa melupakan (tidak mengingat, red) kesalahan-kesalahan itu?

Hati ini sungguh rawan akan rasa sakit. Bila kita tidak bisa mencegah rasa sakit itu datang, maka dengan sekuat tenaga kita bisa melindungi hati kita, dari sakit yang berkepanjangan.

Forgive, must be forget! N forget is, not to remember.

***
“Ya muqollibal quluub… tsabit qolbi ‘ala tho’atika, wa diiniika…”


*muhasabah diri dikala milaad*

Finish_Bjb, 110711 – 00.43

6 komentar:

Unknown mengatakan...

selamat datang kembali di dunia blogger ter cinta ini, smoga rasa semangat itu takan pernah pudar, dan jangan lah terpuruk dalam masa lalu , lupakan lah yang sudah terjadi dan hadapilah yang kan terjadi :D

nice share

aryadevi mengatakan...

mm..mutiara yg hilang muncul kembali....selamat dan happy blogging...

Anonim mengatakan...

Met Millad yeee...
Semoga semangatnya ini akan terus tumbuh dan tumbuh.
tulisan yg sungguh luar biasa. Pernah saya beberapa kali minta maaf ama temen tapi maafku kaya ga diterima padahal cuma gara2 bola. ya udah dari pada saya sering mendambah dosa mending saya block koneksi dengan dia sprti fb, tweet dan YM tapi secara rohaniah saya ga memutuskan tali silaturahim sama dia.

asal usul kombongan andes

yuliani indri lestari mengatakan...

@botol :
aamiin... mudahan ga pernah pudar lagi hehe..
trmksh byk atas masukannya sob. salam persahabatan ^__^

@aryadevi :
mutiara yg mna ya? *sambil nengok kanan kiri ga da orang lain, nyengir sendiri* hihihi...
cayooo pak guru. mhon bmbingannya *_*

@baha andes :
syukron...
nah itu dia sob, perkara maaf memaafkan ini emg ga sgampang ngucapinnya. but, kita ga boleh bilang ga bisa sebelum mencobanya. kata org bijak, "itu sulit, tp mgkin dilakukan". kata orang pesimis, "itu mgkin dilakukan, tapi sulit"
smoga kdepannya bs lbh baik ya sob^^

Muhammad Arif Ahsan mengatakan...

sangat bagus kata-kata kamu kawan :)

Unknown mengatakan...

Thanks Bermanfaat Artikelnya, Insya Allah Sukses Selalu. Silahkan Klik Tautan Dibawah Ini :
Toko Online HerbalKing Obat HerbalGudang Obat HerbalJual Obat HerbalJual HerbalJual Produk HerbalJual Herbal MurahHerbal BandungProduk HerbalHerbal HabbatsAozora Shop Onlinetoko onlineJual Baju AnakJual Baju BayiJual Baju DewasaJual Sepatu BayiJual Sepatu anak AnakJual Sepatu DewasaJual Perlengkapan BayiJual Perlengkapan Anak AnakJual Perlengkapan DewasaTupperwareTupperware MurahTupperware UpdateTupperware Bandung juaraJual TupperwareKatalog TupperwareJual Online TupperwareTupperware ResepTupperware katalog baruRaja Tupperware BandungCollection TupperwareMadu Anak SuperMadu Anak CerdasJual Madu Anak SuperPusat Jual Madu Anak SuperJual Madu SuperMadu Anak SuperJual Madu AnakToko Madu AnakAgen Madu Anak SuperDistributor Madu Anak Super

Posting Komentar

Sabar dalam bertindak, santun dalam berucap...