Selasa, 22 Desember 2009

Apakah Disiplin itu Suatu Hal yang Tidak Mungkin Diterapkan?

Disiplin. Satu kata yang memiliki makna yang sangat luas. Terkadang satu kata itu terdengar begitu menakutkan. Di sekolah-sekolah, di kantor-kantor, dan bahkan disemua tempat.


Di sekolah misalnya, guru-guru yang terkenal memiliki tingkat disiplin tinggi biasanya mendapat julukan “Guru Killer” dari murid-muridnya -pengalaman pribadi :D-. Di kantor-kantor juga tidak jauh berbeda. Sudah menjadi rahasia umum bila ada karyawan yang menjuluki si bos dengan sebutan “Bos Killer”, mungkin saking disiplinnya si bos makanya si anak buah ngasih penghargaan berupa julukan begitu. Ckckck…


Terkadang sikap disiplin dihubungkan dengan sikap otoriter, diktator dlsbg. Padahal maknanya sangat berbeda. Dan julukan-julukan “Killer” tersebut diatas lahir karena pemahaman yang salah tadi. Disiplin disama artikan dengan diktator ataupun otoriter. Inti dari pemahaman yang salah ini bisa digambarkan dengan satu kata yaitu Kejam. Jauh sekali bukan? Padahal disiplin itu sendiri bermakna, taat pada peraturan dan system yang telah ditetapkan, bukan berarti kejam.


Alhasil dari pemahaman yang salah ini, sosok guru dan atasan (bos) tidak lagi disegani dan dihormati, melainkan ditakuti. Padahal gambarannya ketika Si A menakuti Si B, itu hanya berlaku pada saat Si B berada di hadapan Si A. Tetapi di belakang, Si A bisa saja mengejek-ngejek Si B seenaknya. Karena yang ada adalah rasa takut, bukannya segan. Karena bila Si A segan terhadap Si B, di depan atau di belakang Si B pun, Si A tetap saja menyegani Si B, tetap menghormatinya.


Sekarang pertanyaan begini, apakah disiplin itu merupakan suatu hal yang tidak mungkin untuk diterapkan? Khususnya kepada diri kita pribadi terlebih dahulu. Disiplin dalam segala hal tentunya. Karena bila kita sudah terbiasa untuk disiplin, kita gak akan kaget lagi dengan orang lain yang memiliki disiplin yang tinggi. Kita juga gak akan kaget dengan peraturan-peraturan yang diterapkan dimanapun, kapan pun, oleh siapa pun, yang mana peraturan itu harus dipatuhi.


Jadi, sekarang yang harus kita lakukan adalah, menerapkan disiplin pada diri sendiri terlebih dahulu. Bila itu sudah sukses, maka selanjutnya kita bisa membiasakan disiplin itu di kalangan keluarga, masyarakat, dan alhamdulillah banget kalo suatu saat negara dan bangsa kita tercinta ini bisa menjadi Bangsa yang memiliki Disiplin Tinggi. Amiinn…


*btw, gimana ya kalo misalnya yang disiplin itu malah karyawannya, tapi bosnya malah gak ngerti system dan aturan? Hehe… Ada yang mau jawab???

Baca selengkapnya, klik ajah disini ..

Selasa, 15 Desember 2009

Hikmah di Balik Musibah…

Boleh percaya boleh gak nih sob. Kali ni saya mau sedikit berbagi cerita yang saya saksikan langsung kejadiannya. Bisa dibilang lucu tapi penuh hikmah.

Waktu itu kejadiannya malam jum’at. Ketika saya sedang duduk-duduk santai bareng ibu dan adek di sebuah warung yang menghadap ke jalan raya. Tiba-tiba ada sepasang suami-istri (menggunakan sepeda motor) berhenti tepat di hadapan kami. Si istri turun dari motor sembari mencengkeram kuat di arah lehernya. Kemudian dengan setengah sadar si istri berucap sambil menunjuk ke arah depan, “Jambretttt……”

Otomatis kami semua langsung bingung menoleh sana sini mencari dimana jambretnya. Si istri tadi masih saja belum sepenuhnya sadar apa yang sebenarnya terjadi. Si suami pun hanya melongo bingung.

Kemudian kami suruh suami istri itu duduk di kursi yang kami sediakan. Si istri mencoba menenangkan diri sambil mengingat apa yang terjadi kemudian menceritakannya kepada kami.

Ternyata begini, kalung emas yang ada di leher si istri baru saja dijambret. Aksi si jambret berlangsung ketika si suami mematikan mesin motor untuk berhenti tepat didepan kami. Maksud si suami berhenti mampir adalah untuk membeli jajan. E gak taunya si istri malah dijambret.

Yang lucunya adalah, si istri mengaku biasanya dia tidak pernah pergi keluar rumah tanpa mengenakan jilbab. Gak tau kenapa malam itu dia keluar tanpa memakai jilbab, hanya menggunakan baju santai dengan bagian leher yang terlihat jelas.

Wah, besar sekali ya manfaat jilbab ini. Sangat-sangat tidak terduga sebuah jilbab bisa menyelamatkan seseorang dari penjambretan. Bagaimana tidak? Seandainya si istri tadi memakai jilbab, tentu saja kalung yang ada di lehernya tidak akan tampak, dan si penjambret pun tidak punya sasaran empuk.

Hmm… Mudah-mudahan kejadian ini bisa menjadi hikmah besar bagi para perempuan muslim pada khususnya. Bahwa menutup aurat itu sangat penting da wajib dilakukan. Dan agaknya saya tidak perlu berpanjang lebar menjelaskannya. Biarlah kita bertanya pada hati kita masing-masing.

*jilbabnya yang syar’i ya. Jangan yang funky :D

Baca selengkapnya, klik ajah disini ..

Rabu, 09 Desember 2009

Bagai Sehelai Daun…

Assalamualaikum Yaa Ikhwana…


Bismillah…


Setelah sekian lama vacuum dari menulis, akhirnya hari ini saya masih diberikan kesempatan lagi oleh Allah untuk kembali menulis. Hmm… Rasanya senang sekali melalukan kegiatan menulis lagi setelah melalui cuti yang cukup panjang.


Mengapa harus cuti panjang? Itu dikarenakan saya mendapat rolling job yang mengharuskan untuk bekerja diluar kantor setiap harinya. Harus ke kantor-kantor lain untuk mengadakan survey, observasi, pendataan, dll. Hal ini dikarenakan staff bagian luar kantor sedang mutasi ke daerah lain. Jadinya nge-gantiin gitu deh ceritanya. Maka dari itu lah saya tidak bisa duduk manis bekerja di kantor sambil menulis posting. Hehe…


Hhmmh… Hidup memang penuh misteri. Hari ini kita berada disini, sedang berbincang dengan seseorang, tapi siapa yang bisa menebak tentang apa yang akan terjadi beberapa waktu mendatang? Semuanya adalah rahasia.


Layaknya sehelai daun yang tertiup angin. Tak tau akan melayang kemana dan akhirnya jatuh dimana. Terserah angin yang meniupnya. Dan angin pun tak pernah untuk ijin terlebih dahulu kepada daun sebelum meniup daun tersebut. Begitu pula yang terjadi dengan kita insan fana ini. Kita ibarat daun dan Allah lah anginnya. Kita ini seutuhnya dimiliki oleh Allah. Bahkan kita tidak memiliki apapun. Semuanya mutlak milik Allah ta’ala.


Menukil sebuah doa perlindungan yang kerap diucapkan oleh Rosulallahu alaihi wasalam : “Allahuma inni a’udzubika minal hammi wal hazan, wa a’udzubika minal ajzi wal kasal. Ya Allah.. aku berlindung kepadaMu dari kesedihan dan kedukaan. Dan aku berlindung kepadaMu dari kelemahan dan kemalasan.”


Ikhwana… Rosul saja berdoa begitu, masa kita gak? :)

Baca selengkapnya, klik ajah disini ..